Rabu, 15 Juli 2009

KEBUNTUAN DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK

HAMBATAN-HAMBATAN
DALAM MENERAPKAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Kebuntuan terapeutik atau hambatan kemajuan hubungan perawat-pasien yang timbul karena berbagai alasan dan mungkin terjadi dalam berbagai bentuk yang berbeda, tetapi semuanya menghambat hubungan terapeutik. Oleh karena itu, perawat harus segera mengatasinya. Kebutuhan ini menimbulkan perasaan tegang baik perawat maupun pasien yang berkisar dari ansietas dan kekhawatiran sampai frustasi, cinta, atau sangat marah.
Bentuk-bentuk hambatan komunikasi terapeutik adalah sebagai berikut :
1. RESISTENS
Resisten adalah upaya pasien untuk tetap tidak menyadari aspek penyebab ansietas yang dialaminya. Resisten merupakan keengganan alamiah atau penghindaran yang dipelajari untuk mengungkapkan atau bahkan mengalami aspek yang bermasalah pada diri seseorang. Sikap ambivalen terhadap eksplorasi diri, yang didalamnya pasien menghargai juga menghindari pengalaman yang menimbulkan ansietas, merupakan bagian normal proses teurapeutik. Resistens utama seringkali merupakan akibat dari ketidak sediaan pasien untuk berubah ketika kebutuhan untuk berubah dirasakan. Perilaku resistens biasanya diperlihatkan oleh pasien selama fase kerja karena fase ini memuat sebagian besar proses penyelesaian masalah.
KENAPA RESISTENS TERJADI / DIALAMI KLIEN ?
• Perawat berfokus pd diri sendiri
• Thrust belum terbina
• Perawat terlalu banyak membuka diri
BENTUK-BENTUK RESISTENS yang diperlihatkan pasien :
1. Supresi dan represi informasi terkait.
2. Intensifikasi gejala.
3. Devaluasi diri dan pandangan keputusasaan tentang masa depa.
4. Dorongan untuk sehat yang terjadi secara tiba-tiba tetapi hanya kesembuhan yang bersifat sementara.
5. Hambatan intelektual yang mungkin tampak ketika pasien mengatakan bahwa ia tidak mempunyai pikiran apapun atau tidak mampu memikirkan masalahnya ; tidak menepati janji pertemuan atau datang terlambat untuk suatu sesi, lupa, diam atau mengantuk.
6. Prilaku amuk atau tidak rasional.
7. Pembicaraan yang superfisial.
8. Pemahaman intelektual yang didalamnya pasien mengungkapkan pemahaman dirinya dengan menggunakan istilah yang tepat namun tetap berprilaku maladaptif, atau menggunakan mekanisme pertahanan intelektualisasi tanpa diikuti pemahaman.
9. Muak terhadap normalitas yang terlihat ketika pasien telah memiliki pemahaman tetapi menolak memikul tanggung jawab untuk berubah dengan alasannya bahwa normalitas adalah hal yang tidak penting.
10. Reaksi transferens.

2. TRANSFERENS
Transferens adalah respon tidak sadar yang didalamnya pasien mengalami perasaan dan sikap terhadap perawat yang pada dasarnta terkait dengan tokoh penting dalam kehidupan masa lalu pasien. Istilah ini merujuk pada sekelompok reaksi yang berupaya mengurangi atau menghilangkan ansietas. Sifat yang paling menonjol dari transferens adalah ketidak tepatan respon pasien dalam hal intensitas dan penggunaan mekanisme pertahanan displacement yang maladaptif. Reaksi transferens membahayakan proses teurapeutik hanya bila hal ini tetap diabaikan dan tidak di telaah oleh perawat. Ada dua jenis utama , yaitu reaksi bermusuhan dan tergantung.
BAIK/TIDAKKAH BILA TRANSFERENS TIDAK DITANGGULANGI ???
Tidak baik, ……………!!!!!!!
• Bisa membuat klien ketergantungan
• Klien membenci perawat
• Perawat terpuruk : tidak bisa menerima respon emosional klien baik positif maupun negatif
• Resisten kadang terjadi apabila perawat dan klien tidak ada pada tujuan atau rencana yang telah disepakati bersama ; kontrak pd tahap orientasi tidak jelas batasannya
APA YANG HARUS DILAKUKAN BILA TRANSFERENS DAN RESISITENS TERJADI PADA KLIEN ???
• Mendengarkan / Listening
• Klarifikasi dan refleksi
• Menggali perilaku

3. KONTERTRANSFERENS
Kontertransferens yaitu kebuntuan teurapeutik yang dibuat oleh perawat, bukan oleh pasien. Kontertransferens merupakan respons emosinal spesifik oleh perawat terhadap pasien yang tidak sesuai dengan intensitas emosi. Kontertransferens adalah transferen yang diterapkan pada perawat. Respon perawat tidak dapat dibenarkan oleh kenyataan,tetapi lebih mencerminkan konflik terdahulu yang dialami terkait dengan isu-isu seperti otoritas,keasertifan,gender, dan kemandirian. Reaksi kontertransferens biasanya berbentuk salah satu dari 3 jenis, yaitu reaksi,mencintai atau perhatian berlebihan,reaksi sangat bermusuhan atau membenci, dan reaksi sangat cemas,seringkali menjadi respon terhadap resisten pasien.
Beberapa bentuk countertransfer yang diperlihatkan oleh perawat :
1. Kesulitan ber-empati terhadap pasien dalam area masalah tertentu.
2. Perasaan tertekan setelah sesi.
3. Kecerobohan dalam mengimplementasikan kontra seperti datang terlambat,atau melampaui waktu yang telah ditentukan.
4. Mengantuk selama sesi.
5. Perasaan marah atau tidak sabar karena ketidak inginan pasien untuk berubah.
6. Dorongan terhadap ketergantungan, pujian, atau afeksi pasien.
7. Berdebat dengan pasien atau kecenderungan untuk memaksa pasien sebelum ia siap.
8. Mencoba untuk membantu pasien dalam segala hal yang tidak berhubungan dengan tujuan keperawatan yang telah diidentifikasi.
9. Keterlibattan dengan pasien dalam tingkat personal atau sosial.
10. Melamunkan atau preokupasi dengan pasien.
11. Fantasi seksual atau agressive dengan pasien.
12. Perasaan ansietas, gelisah, atau perasaan bersalah terhadap pasien terjadi berulang kali.
13. Kecenderungan untuk berfokus hanya pada satu aspek informasi dari pasien atau menganggap hal tersebut sebagai satu-satunya cara.
14. Kebutuhan untuk mempertahankan intervensi keperawatan kepada pasien.

CARA UNTUK MENGIDENTIFIKASI TERJADINYA KONTERTRANSFERENS
a. Mempunyai standar yang sama terhadap dirinya sendiri atas apa yang diharapkan kepada kliennya
b. Harus dapat menguji diri sendiri melalui latihan menjalin hubungan terutama ketika klien mengkritik atau menentang
c. Harus dapat menemukan sumber masalah
d. Ketika terjadi kontertransferens, perawat harus bisa mengontrolnya
e. Pengawasan secara individu dan kelompok bisa membantu mengatasi kontertransferens

4.PELANGGARAN BATAS
Pelanggaran batasan terjadi ketika perawat melampaui batasan hubungan teurapeutik dan membina hubungan sosial, ekonomi, atau personal dengan pasien. Sebagai ketetapan umum, kapanpun perawat melakukan atau memikirkan sesuatu yang khusus, berbeda atau luar biasa terhadap pasien, biasanya terjadi pelanggaran batasan. Hubungan seksual dalam bentuk apapun tidak akan pernah teurapeutik dan tidak dapat diterima dalam hubungan perawat-pasien.
KEMUNGKINAN PELANGGARAN BATASAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERAWAT JIWA
- Pasien mengajak makan siang atau makan malam di luar
- Hubungan profesional berubah menjadi hubungan sosial
- Perawat menghadiri pesta atas undangan pasien
- Perawat secara teratur memberikan informasi personal kepada pasien
- Pasien mengenalkan perawat kepada anggota keluarganya seperti anaknya untuk tujuan hubungan sosial
- Perawat menerima hadiah dari bisnis dari bisnis pasien
- Pasien setuju menemui pasien untuk terapi di luar tatanan yang biasanya tanpa alasan yang terapeutik
- Perawat menghadiri acara-acara sosial pasien
- Perawat memberikan hadiah yang mahal kepada perawat
- Perawat secara rutin memeluk atau memegang pasien
- Perawat menjalankan bisnis atau membeli barang dari pasien

5. REWARDS
• Dalam keperawatan : kontroversial
• Rewards bisa dalam berbagai bentuk : nyata dan tidak nyata
• Pada tahap orientasi : dpt merusak hub, karena K dpt memanipulasi perawat dng cara mengatur hub dan mengatur batasan-batasan dalam berhubungan
• Kondisi memaksakan sulit untuk melakukan konfrontasi pada klien
• Pada tahap terminasi : memiliki arti lain dan kompleks, krn refleksi keinginan klien hub terapeutik menjadi sosial

MMENGATASI HAMBATAN TERAPEUTIK
Untuk mengatasi hambatan teurapeutik, perawat harus siap mengungkapkan perasaan emosional yang sangat kuat dalam konteks hubungan perawat -pasien. Awalnya , perawat harus mempunyai pengetahuan tentang hambatan teurapeutik dan mengenali prilaku yang menunjukkan adanya hambatan tersebut. Kemudian perawat dapat mengklarifikasi dan mengungkapkan perasaan serta isi agar lebih berfokus secara objektif pada apa yang sedang terjadi.
Latar belakang prilaku dikaji, baik pasien (untuk reaksi resistens dan transferensa) atau perawat (untuk reaksi kontertransferens dan pelanggaran batasan) bertanggung jawab terhadap hambatan teurapeutik dan dampak negatifnya pada proses teurapeutik. Terakhir, tujuan hubungan, kebutuhan, dan masalah pasien ditinjau kembali. Hal ini dapat membantu perawat untuk membina kembali kerja sama teurapeutik yang sesuai dengan proses hubungan perawat-pasien.
Sumber :Gail W.Stuart, Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5, EGC,Jakarta, 2002

2 komentar:

  1. blog anda bagus sekali dan cukup lengkap, teruskan berkarya dan gapai cita-cita Allah menyertai kalian,salam buat semua @iyus yosep

    BalasHapus
  2. sangat membantu" terima kasih banyak

    BalasHapus